iMuzTa91mzo4YuAVKdY4fmC68m8 Pedagang Asongan dan Pengamen Jalanan - Yani Sri Muliani
Sabtu, 18 Mei 2013

Pedagang Asongan dan Pengamen Jalanan


Bis umum yang aku tumpangi berjalan lambat meskipun berada di tengah jalan tol dalam kota. Namanya jalan tol, jalan bebas hambatan namun masih tetap macet dan menghambat lajunya kendaraan umum yang aku tumpangi agar cepat samapai ketujuan karena semakin banyaknya kendaraan pribadi.
Negeriku kaya dan masyarakatnya kaya, itu terlhat dari banyaknya mobil sedan mewah yang lalu lalang di jalan raya kota, udara kotapun menjadi penuh sesak oleh polusi asap kendaraan, siapakah yang harus di salahkan ?

Bis yang ku tumpangi perlahan menepi di sisi jalan tol pada suatu wilayah untuk menurunkan dan menaikan penumpang. para pedagang asongan datang menawarkan berbagai dagangan mulai dari minuman ringan, koran dan majalah, sampai peniti dan obeng pun ada,,hmm lengkap sudah....
Tak ketinggalan para pengamen yang menjual suaranya dengan membawakan lagu lagu hits yang sering aku dengar di radio, bergaya bak penyanyi di atas panggung berbasa basi kepada awak bis dan penumpang,, wow kereen..


Duduk di sebelah ku wanita setengah baya yang tampaknya tak nyaman dengan kemeriahan suasana di dalam bis. sesekali aku mendengar decakan suara yang terlempar dari mulutnya,,,,
" ini bis apa pasar sih...!? " wanita itu setengah mengumpat dan mengajakku bicara.
" ya bis lah mbak " jawabku ringan...
" koq ramai sekali ya ? " ia kembali mengajaku bicara.
" ya iyalah mbak, namanya juga kendaraan umum " aku jawab singkat sambil tersenyum
" bukan begtu masalahnya de' " wanita itu kembali bicara dan memanggil ku dengan sebutan de' atau ade maksudnya, karena memang bila di lihat dari penampilan wanita itu mungkin ada sekitar usia 40 tahunan, dua kali lipat dari usiaku.
lalu aku bertanya lagi " memang kenapa masalahnya mbak ? "
" seharusnya awak bis melarang para pedagang dan pengamen untuk berjualan di dalam bis.. " wanita itu melanjutkan bicaranya.

Aku diam tak menjawab, aku pikir ini bukan urusanku, bertanyalah sana kepada orang orang yang berhak mengurusi kota, aku bicara dalam hati.
Wanita yang duduk di sebelahku memang tak sepenuhnya salah, karena ia memiliki hak untuk kenyaman yang telah di belinya yaitu naik bis dengan membayar. tapi wanita itu juga tak memahami tentang kebutuhan hidup masyarakat kecil seperti pedagang asongan dan para pengamen. Mereka orang orang kecil yang menelusuri inci demi inci jalan jalan kota di antara lalu lalangnya mobil mobil mewah.

Walau berjalan lambat, akhirnya bis yang aku tumpangi sampai juga ke tempat yang aku tuju, aku bangkit dari kursi bis lalu berjalan perlahan melewati barisan kursi yang masih berpenumpang untuk mendekati pintu keluar, bis pun berhenti dan akupun langsung turun...

0 komentar:

Posting Komentar